
Hasil produksi kedelai di Kabupaten Boyolali belum bisa mencukupi kebutuhan bahan baku untuk industri pembuatan tahu dan tempe secara menyeluruh di wilayah itu. Untuk mendapatkan bahan baku industri tersebut,Boyolali masih menggantungkan kedelai impor.
Hal itu diakui Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Kabupaten Boyolali, Bambang Purwadi kepada wartawan, Sabtu (31/8/2013).
Bambang menyebutkan produksi kedelai lokal dari Kabupaten Boyolali relatif kecil. Menurut data, Boyolali hanya mampu menghasilkan komuditas kedelai sebanyak 2.460 ton di 2011 dan 4.286 ton di 2012. pihaknya menilai jumlah itu belum mampu memenuhi kebutuhan industri pembuatan tahu dan tempe di Boyolali.
Dijelaskan Bambang, rendahnya produksi kedelai di Boyolali itu salah satunya karena rendahnya minat petani untuk menanam kedelai. Salah satunya karena faktor biaya budi daya kedelai yang tidak sebanding dengan hasilnya. Di sisi lain, harga jual kedelai juga cenderung tidak stabil dan masih lebih rendah dibandingkan produk pertanian lain seperti padi dan tembakau.
”Biasanya [kedelai] murah, hanya sekitar Rp6.000 per kilogram (kg) dan jarang sampai menyentuh harga Rp9.000 per kilogram seperti sekarang ini, berbeda dengan dengan padi harganya terus stabil dari Rp8.000 hingga Rp9.000 per kg,” paparnya.
Selain itu, Bambang menjelaskan proses panen kedelai cukup lama dengan menjemur dan merontok kedelai dengan biaya yang relatif besar. Sehingga hanya sebagian kecil petani yang tertarik menanam komuditas. ”Rata-rata hanya di daerah tadah hujan yang menanam komuditas kedelai, seperti di Kemusu, Juwangi, Simo, Karanggede, dan Nogosari,” katanya.
Sementara untuk petani di Boyolali selatan, seperti Ngemplak, Sawit, dan Banyudono, enggan menanam kedelai dan lebih suka menanam padi.
Namun ditegaskan Bambang, pihaknya terus mengupayakan peningkatan komoditas kedelai dengan cara subsidi harga benih kedelai dari pemerintah.
“Harga benih kedelai di pasaran sekitar Rp13.000/kg, dijual dengan Rp7.000/kg,” katanya.
Sementara itu, menyikapi harga kedelai di pasaran yang belakangan ini cenderung naik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Boyolali mengintensifkan pemantauan harga.
“Sasarannya untuk semua bahan kebutuhan pokok, termasuk kedelai. Pantauan dilakukan sepekan dua kali di pasar-pasar tradisional di Boyolali,” terangnya.
Berdasaran pantauan per Selasa (27/8) lalu, harga kedelai mencapai Rp9.000/kg. Harga itu naik dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp7.500/kg.
Namun menyikapi kenaikan harga itu, pihaknya mengatakan saat ini belum melakukan operasi pasar.
”Operasi pasar akan dilakukan bila harga selama 2 bulan harga komuditas tersebut berturut-turut terus naik,” terangnya.
kok masih impor aja , ? katanya tahu tempe itu makanan khas INDONESIA , Parah negeri kita ini #MikirKeras
sumber : solopos.com
0 Comments :
Post a Comment
Mohon Komentarnya Tidak Melanggar TOS dibawah Ini :
1. Tidak saling menghina.
2. Menghargai postingan ini.
3. Berkomentarlah sesuai dengan postingan atau relevan.
4. Berkomentarlah dengan berbahasa indonesia yang baik
5. Hargailah pendapat orang lain.
6. Tidak hanya kata-kata seperti ini [ mantap,keren,bagus gan kunjungan balik Tinggalkan link langsung kabur ]
7. Mohon Tidak Meninggalkan Link
8. Jika Ada Yang [ COPY PASTE ] Artikel Ini Mohon Diberikan Link Sumbernya.
Note :
Yang Tidak Bisa Berkomentar Lewat Tampilan Mobile Version.
Disarankan untuk pindah ke Desktop Version
Terima kasih sebelum nya .
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.